Bagian tubuh yang paling terpengaruh oleh gravitasi ternyata
payudara. Bahkan sejak payudara mulai tumbuh di dada si ABG, payudaranya
sudah berpotensi mengalami penurunan. Dan, dalam kenyataannya, tidak
banyak hal yang bisa menjaga payudara tetap pada tempatnya.
Menurut
pakar bedah dan spesialis payudara, Ian Laidlaw, dari Frimley Park
Hospital, Surrey, payudara yang menurun bisa memberikan efek psikologis
yang serius untuk kita. "Bagian terbesar dari feminitas perempuan adalah
payudara. Payudara yang mengendur itu sesuatu yang bisa diprediksi,
namun bisa memberikan pengaruh yang mendalam. Ketika mereka tidak mampu
mengontrol perubahan pada payudara, mereka akan merasa rendah diri,
citra tubuh yang menyimpang, merasa tidak menarik, dan tidak berharga,"
paparnya.
Di dunia kedokteran, kondisi payudara yang mengendur
(disebut ptosis) terjadi dalam tiga tahap. Pada payudara yang baru
tumbuh, puting biasanya terletak di atas garis di mana lipatan di bawah
payudara bertemu dengan dada (inframammary fold). Pada tahap
dua, puting berada sekitar 2,5 sampai 7,5 cm di bawah titik tersebut.
Lalu pada tahap ketiga, payudara akan bergantung lebih dari 3 cm di
bawahnya. Putingnya sendiri akan menghadap ke bawah. Perempuan dengan
payudara yang besar, puting payudaranya akan menurun 10-11 cm sepanjang
hidupnya, mendekati garis pinggang.
Lantas apa yang bisa menyebabkan bentuk payudara berubah, lalu menurun? Mari kita lihat beberapa kemungkinannya.
Kemampuan payudara untuk tetap di tempatnya tergantung pada gen-gen
(1)
yang mengatur berapa banyak lemak, kelenjar, dan jaringan konektif yang
terkandung di dalamnya. Umumnya, semakin banyak jaringan konektif dan
kelenjar yang Anda miliki, semakin kencang dan semakin "mengapung"
payudara Anda. Selain itu, ukuran
(2) juga memengaruhi
seberapa kencang payudara Anda. Semakin besar, semakin tegang kulit dan
jaringan pengikat pendukungnya, sehingga akan meregang secara permanen
jika ditekan terus-menerus.
Penampilan payudara juga dipengaruhi oleh hormon oestrogen
(3),
hormon seks wanita, yang awalnya juga membuat payudara tumbuh.
Oestrogen menstimulasi perkembangan jaringan dari saluran susu. Setiap
bulan, seiring siklus menstruasi, kadar oestrogen meningkat untuk
menyiapkan tubuh kita menghadapi potensi kehamilan. Salah satu efeknya,
menstimulasi jaringan payudara dengan membuatnya mengembang dan menahan
cairan.
Setelah menopause, ketika kadar oestrogen menurun, saluran
dan kelenjar susu mulai menyusut sehingga payudara terasa kosong.
Jaringan yang membuat payudara kencang juga mengerut dan digantikan oleh
lemak, menjadi lebih berat dan kurang mampu menahan gravitasi.
Perubahan berat badan
(4)
juga bisa memengaruhi kekenduran payudara. Seperti Anda ketahui,
payudara terdiri atas lemak dan kelenjar susu. Tujuhpuluh persen lemak
bercampur dengan kelenjar untuk membentuk payudara itu sendiri. Lemak
sisanya terdapat pada lapisan di bawah kulit. Ketebalan lemak inilah
yang cenderung berubah-ubah ketika berat badan Anda bertambah atau
berkurang.
Jika lapisan ini menebal secara dramatis, lalu menipis
lagi akibat berat badan yang naik-turun, lapisan itu akan meregangkan
kulit pendukungnya secara permanen. Hasilnya, payudara pun makin turun.
Ketika lemak lebih berat, semakin sulit untuk mendukungnya.
Bukan karena menyusui
Di luar dugaan kita, menyusui tidak menyebabkan payudara menurun. Menurut riset, kehamilan lah
(5)
yang menyebabkan payudara bisa menurun. Sebab, saat hamil, kelenjar
susu akan mengembang dan berkontraksi. Seperti telah dijelaskan tadi,
semakin besar payudara, semakin tegang kulit dan jaringan pengikat
pendukungnya. Kulit pun akan meregang secara permanen.
Sebuah
studi di Amerika yang melibatkan 132 perempuan yang berniat melakukan
pembesaran atau pengencangan payudara, lebih dari separuhnya pernah
menyusui setidaknya satu anak selama rata-rata sembilan bulan. Ternyata,
tidak ada perbedaan dalam tingkat kekenduran payudara di antara
perempuan yang pernah atau belum pernah menyusui.
"Perempuan
seharusnya menimbang bahwa menyusui, khususnya untuk kesehatan sang
bayi, jauh lebih penting daripada pengaruhnya pada payudara," ujar
Laidlaw.
sumber
No comments:
Post a Comment